satu kata satu sayang

Dia yang ku dapati di tahun pertama

Gak bisa dibicarain secara rinci, dia udah jalan tiga bulan bersamaku. Memang masih  belum apa-apa, tapi dia telah berikan aku semua rasa yang benar-benar tak ingin aku cicipi ; hina. Ah! 
Dia benar-benar piawai dalam  menggeluti dan berpaham dengan kehidupanku. Dan keadaan yg berbeda dengaku yang terlalu sukar membaca kehidupannya. 

Begini..

"Ada yang lain saat pertama ku tatap dirimu. Bukan jantung yang berdebar atau hati yang meleleh melainkan rasa penasaran yang hadir. Kameramu, iya dari tentengan ditanganmu itu. Tak sekali aku memperhatikan bahkan berkali-kali hingga aku menekankan fikiranku bahwa benar-benar tidak ada yang menarik dari dirimu. Ah sudahlah, penasaran ini hanya sesaat dan aku tak ingin membebani pikiranku dengan hal yang tidak berguna.

Lambat laun aku melihatmu lagi dan hadir sebagai senior ku. Ya Tuhan.. Tetap aku benci senior karna senior hanya akan menindas junior, aku benci dibentak, aku benci disalahkan dan aku benci dipaksa. Setiap kali yang namanya senior ada dihadapanku, aku hanya diam dan berusaha menyembunyikan rasa kesal ku. Aku tak kenal siapa-siapa dan aku udah terlanjur benci sama senior waktu itu. Mungkin saja faktor tak pernah hidup sendiri yang membuat aku sensitive akan keadaan yang baru dan pastinya berbeda dari keseharianku sebelumnya.


Lagi-Lagi Benar ; Tuhan punya rencananya sendiri. Tatapan awal itu kini menjadi tatapan yang paling sering ku cicipi. Jelas karna aku dan kau kini telah menjadi kita. Bagaimana bisa? Waktu yang bertanggung jawab dan jarak sebagai saksi. Dengan proses yang singkat kau menjelma cepat pada aliran darahku seakan telah bersatu pada raga ini. Lalu bagaimana dengan darahmu? Apa aku berperan disana? Ntahlah. Yang jelas, sebanyak apapun darah kotor yang kubuang secara rutinitas perbulannya ku pastikan tak setetespun kau ikut terbuang. Tetaplah bersemayam pada aliran darah-darahku yang tanpa kau, aku berhenti benafas"


Begitu singkat cerita dan begitu pula  singkat rasa biasa yang berubah menjadi benar-benar merasa memiliki. 

Aku terajar melankolis olehnya, karnanya, untuknya, Narapatikuđź’™