DULU.. waktu ambil nilai aku sempat buat cerpen tentang hobby yang berujung kebahagian wkwk nah, inini dia.. sumpah dapat tepuk tangan meriah saat selesai baca nih cerpen:$$ ewhhhh=))
Ini tentang bagaimana kita menjadikan kita satu pada satu hati, satu
tujuan dan satu untuk bekerja sama dalam membuat sebuah tim agar bisa mencapai
sebuah mimpi yang bersinar bagaikan matahari siang. Aku, kau, dia, mereka dan
kita akan menjadi sebuah tim yang kompak walau berbeda asal, berbeda sifat
namun kasih dan sayang akan mengikat kita sebagai saudara tanpa ada rasa
perbedaan sedikitpun. Keegoisan, iri, dengki, dendam bukan itu yang kita
butuhkan dalam tim melainkan saling melengkapi satu dan lainnya.
Aku awali masa putih abu-abu dengan memilih ekskul olahraga basket yang
sama sekali tidak ku ketahui awalnya. “Menjadi seorang yang handal dan
terhandalkan” itu adalah mimpi kecilku. Empat orang sahabat yang mendorongku
untuk mengikuti ini karena mereka memang sudah basket sejak SMPnya, dan kami
juga pernah bermimpi akan bisa bersatu dalam sebuah tim yang terhandalkan. Namun kami terpisahkan
sejak menginjak SMA dan mungkin takkan bersatu lagi, tapi semangat aku untuk
bermain basket tidaklah hancur karena aku mau kalian tahu bahwa aku juga bisa
seperti kalian nantinya.
Hari ini adalah hari ketujuh aku mengikuti proses belajar diSMA. Ketika
jam istirahat terlihat beberapa kakak kelas datang menghampiri kelasku dan
ternyata itu adalah perwakilan tim basket yang menawarkan anak baru untuk bisa
bergabung terutama yang sudah pandai. Seseorang dari kumpulan itu berteriak dipintu
kelasku “eh, anak cewek disini ada yang mau daftar ekskul basket gak? Kalau ada
daftar kesini cepat!” dan akupun tanpa ragu-ragu keluar kelas dan menuliskan
namaku disecarik kertas yang sudah disediakan “latihannya kapan kak?” tanyaku
gugup, “nanti ngumpul dilapangan basket pas pulang sekolah.” Jawabnya singkat.
“baiklah kak, terimakasih kak” kataku sambil tersenyum kaku. Tidak hanya aku
saja yang daftar ekskul basket ternyata dua teman dikelas ku juga mendaftarkan
diri mereka.
Lonceng untuk pulang sekolahpun berbunyi, rasa semangat terasa membara
dihatiku saat ini. Ketika aku berada dilapangan ternyata peminat basket SMA 6
yang dikenal dengan sebutan SIXERS ini lumayan banyak sekitar dua puluh
orangan. Rasa pesimis datang menyelimutiku dan aku ingat kata-kata motivasi
besar dari papa “Jika ingin dan merasa sanggup, lakukanlah dengan
sungguh-sungguh” lamunan dan senyuman manisku terhenti ketika mendengar
teriakkan “yang benar-benar mau gabung dan sudah punya bakat, tolong latihan
setiap hari senin, rabu dan jumat jam setengah empat sudah disini! kakak harap
kalian bisa on time karena basket butuh kedisiplinan!” semua menjawab dengan
nada hampir serentak “iyaaa kakkk”. “terimakasih dan boleh bubar” kata kakak
senior sebagai penutup dari pembicaraan.
Hari demi hari latihanpun berlanjut. Awalnya aku sungkan untuk beradaptasi
dengan anak lainnya karena kebanyakan dari mereka sudah mengenal basket sejak
SMP. Aku juga sempat berfikir bahwa aku akan menjadi orang yang keterbelakangan
dan mungkin saja akan tidak dipandang oleh pelatih dan lainnya. “tak ada yang
tak mungkin jika semua dilakukan dengan
niat yang ikhlas” hati kecilku selalu berkata begitu, seakan-akan jika aku
sudah mulai putus asa hati kecilkulah yang selalu menyadarkan aku untuk
bangkit.
Empat bulan berlangsung, dari dua puluh orangan yang mendaftar kini
hanya menjadi lima belas orang, banyak yang mengundurkan diri dengan seribu
satu alasan yang masuk akal. Yang tersisa hanyalah kaki ca, kak puri, kak
cindy, kak naumi, kak indri, kak bela, ezara, ambar, suen, melda, ica, nia,
dila, molly, dan aku.
Pada event pertama yang turun untuk menjadi pemain adalah lima orang
yang terbaik dari kami dengan satu orang kelas satu yaitu ezara. Hanya dia yang
turun sebagai tim inti sedangkan yang lainnya sebagai cadangan dan aku hanya
sebagai penonton karena keterbatasan kostum saat itu. Yaa, aku menerima
semuanya karena saat itu yang aku tahu hanyalah driblle yang masih berantakan.
Pada waktu ini kami kalah karena kurang kompaknya tim.
Tak lama kemudian ezara pidah keluar kota karena harus ikut ayahnya,
rasanya sangat berat harus merelakan orang yang terhandalkan, baik dan tidak
sombong itu pergi dengan cepatnya. Semua berfikiran sama dan termasuk pelatih
kami. Sangat terlihat bahwa dia tak merelakan ezara untuk pindah. “terimakasih
buat kalian dan kakak semua yang udah bisa menjadi teman baikku selama ini, aku
juga gak mau pindah tapi pekerjaan ayahku yang menuntut semua menjadi begini”
isak tangis kecil dan ucapan terakhir ezara kepada kami. Kami hanya terdiam
menahan air mata dan memeluknya kemudian ezara berjalan menuju pelatih yang tak
begitu jauh dari kami “bang ezara pamit ya, makasih udah buat ezara kayak
sekarang” sambil menyalami tangan bang Randi. “iya,sama-sama. Hati-hati ya”
jawab bang Randi singkat dengan senyum indah.
DBL “Development Basketball League” adalah event basket se-provinsi yang
terbesar untuk SMA sederajat pada saat ini. Ikut serta dalam event yang luar
biasa ini adalah salah satu mimpi SIXERS apalagi untuk masuk dalam babak
finalnya nanti. Waw.. itu harapan terbesar kami pastinya. Alhamdulillah kami
mengikuti event ini tanpa ada rasa ragu dihati. Dan mimipiku pun hampir
terwujudkan karena saat ini aku sudah menjadi tim inti yang bertugas sebagai point
guard yang mengatur para pemainnya untuk melakukan strategi tim. Saat itu
pemain inti terdiri dari aku, ambar, suen, kak cindy, dan kak naumi sedangkan
molly,melda, ica, nia, kak bela dan dilla sebagai cadangan. Aku rasa ini saat
aku menunjukkan pada dunia bahwa aku bisa main basket dan menyetak point pada
saat pertandingan nantinya.
Kami latihan dengan sungguh-sungguh, tiga kali seminggu full dengan
basket dan dihari sela lainnya terkadang kami hanya sekedar bermain saja tanpa
adanya pelatih. “ayo semua semangat, kita tunjukan sama semua orang kalau kita
memang benar-benar gak dapat kutukan untuk bisa menang! Kalian kan udah tau
banyak kalau basket putri kita ini gak pernah menang sekali pertandinganpun.
Latihan serius DBL udah dekat.” seru kak cindy setiap sebelum latihan dimulai.
“iya kak” beberapa dari kami menjawab semangat.
22 februari 2013 jam 15.00 adalah pembukaan DBL dan kami dapat jadwal
untuk bermain yang kedua.lawan kami saat itu adalah SMA 4 Pekanbaru. Kami penah
kalah melawan mereka pada event sebelumnya, tapi kami tetap optimis karena kami
ingin berikan yang terbaik untuk hari ini. Untuk pertama kalinya turun sebagai
inti, perdana pakai nomor punggung #11 dan saat ini papa, mama, kakak, adik,
sahabat, teman semua nonton aku, tentu saja ini sangat membuatku bangga.
Ditambah lagi kami main pada waktu pembukaan, gelanggang remaja sangat penuh
dengan orang. Benar-benar merasa jadi bintang lapangan aku saat itu. Mungkin
usaha, kerja keras, dan doa kami selama ini tidak hanya sia-sia, karena apa?
Kami saat itu menang melawan SMA 4 dengan skor 7-5 dan Alhamdulillah aku sempat
nyetak point, itu sudah membuatku merasa hebat didepan semua orang. Aku juga telah
berhasil buat mama dan papa bangga saat itu. Untuk kali ini kami bisa juga
merasakan kemenangan dan dapat memuat bang Randi bangga dengan kami. Ditengah
kebahagiaan itu “jalan kalian masih panjang, jangan terlalu senang dulu karena
ini belum ada apa-apanya” kata bang Randi membuat suasana menjadi hening
seketika.
25 februari kami main lagi dan melawan SMA 1 kerinci yang katanya pernah
dapat juari 1 pada suatu event khusus daerah kerinci saja. Sempat down tapi kak
ica dan kak puri yang sebagai senior selalu beri kami motivasi dan semangat.
Kami bangkit saat babak ketiga yang bisa dibilang sudah setengah permainan. Aku
sempat netesin air mata karena merasa menjadi manusia bodoh saat itu tapi bang
Randi membuat kami jadi kuat dengan semua kata-katanya. Dan alhasil
Alhamdulillah kami bangkit dan dapat unggul skor dari mereka dengan akhir 10-4.
Untuk kali ini aku menjadi penyetak pertama, bangga bukan main dihatiku saat
itu.
Ntah mukjizat apa ini semua hingga kami sudah masuk Seperempat final
yang dibilang BIG EIGHT. Waw.. cukup keras dan menyenangkan semua perjalanan
kami hingga bisa sampai ketitik ini. Kali ini kami melawan SMA 1 pekanbaru pada
tanggal 27 februari. Kami memulai pertandingan dengan kelewat santai dan tidak
begitu semangat merasa kurang fit karena mungkin saja kurang istirahat. Hati
kecil berusaha untuk semangat tapi kaki ini terasa berat untuk berlari kencang
dan rasanya aku sudah puas sampai titik ini padahal kalau dipikir-pikir ini
belum ada apa-apanya. Cukup kecewa bang Randi dalam permainan kami kali ini,
babak pertengahan ia merangkul kami dan bilang “ayolah woi, liat papan skor tu
ha.. ketinggalan jauh kita lho. Mau apa kalian? Udah puas sama semua ini? Asal
kalian tau kalian sebenarnya lebihbhebat dari orang tu tapi apa? Orang tu main
pakai otak kalian nggak.” sambil tertawa ringan. Kalian sendiri yang
menghancurkan tim kalian” sambungnya. Semua terdiam sambil terengah mengatur
nafas. Hingga waktu habis, mereka dinyatakan menang dengan skor 10-2. “yok
tegak semua, salam sama orang tu. Jangan ada yang nangis kalau bisa angkat aja
dagu kalian untuk saat ini sebagai tanda bahwa kita bukan orang lemah tapi
turunkan lagi pas kita mulai belajar ya woi” kata aseng menyemangati kami
semua.
Ya inilah kami yang bisa masuk keBIG EIGHT DBL tahun 2013 dan semoga
tahun depan kami bisa masuk SEMI FINAL, amin! Mulai saat itu aku mulai belajar
lagi karena masih banyak ilmu yang akan digali lagi. BIG EIGHT belum bisa
membuat aku puas atas kemenangan. Sejak saat itu basket dapat memberi nafas
dalam kehidupanku. Terimakasih Tuhan yang sudah menuntun aku dan mereka sampai
ketitik ini, Engkau memang Maha Adil.
“BERANI
BERCOBA DAN BERMIMPI”
MATLEN#11

